Rabu, 16 Mei 2012
Menguak Dosa Nurdin Halid
Judul : Dosa-Dosa Nurdin Halid
Penulis : Erwiyantoro
Tahun : I, Februari 2011
Penerbit : Galang Press, Jogjakarta.
Tebal : 274 Halaman
Kisruh persepakbolaan nasional begitu menyita banyak perhatian. Tidak hanya para praktisi, rakyat jelata pun tak luput membicarakannya. Sosok yang acapkali dianggap sebagai otak keruwetan itu adalah Nurdin Halid. Lalu, mengapa ia begitu dibenci khalayak?
Pada titik ini, buku yang bertajuk “Dosa-Dosa Nurdin Halid” agaknya menjadi jawaban di tengah memanasnya konflik, serta pelbagai perang tafsir atas statuta FIFA antara pemerintah di satu sisi, dan PSSI di sudut yang lain. Pun ditulis oleh seorang jurnalis senior, Erwiyantoro, yang telah malang melintang hampir 40 tahun di jagad sepakbola tanah air, dan menjadi saksi sejarah perjalanan PSSI dari masa lampau sampai detik sekarang.
Maka berawal dari catatan dan obrolan imajiner di situs jejaring sosial. Mas toro, begitu ia kerap disapa, menghadirkan narasi dengan fakta yang cukup menggelitik. Juga seakan menjadi bukti paling sahih kedigdayaan Nurdin dalam jagad persepakbolaan nasional. Salah satu realita yang tak terbantahkan adalah kemampuan dia menyetir organisasi di balik jeruji besi. Bahkan, dalam sejarah dunia, hal demikian cuma ada di negeri ini, Indonesia.
Induk organisasi sepakbola dunia (FIFA) sudah memberi peringatan keras. Bahkan mewanti-wanti akan memberi sanksi tegas jika teguran itu diindahkan. Namun, semua terpental. Menurut penulis buku ini, kepiawaian Nurdin ada pada kekuatan lobi dan ramuan jejaring yang dimiliki. Hingga sanggup membungkam pelbagai kontroversi dan polemik yang menginginkan beliau lengser dari tampuk kepemimpinan yang sudah digenggamnya selama delapan tahun.
Lelaki yang juga seorang pebisnis itu dianggap telah mencampuradukkan antara kepentingan politik dan sepabola demi keuntungan, dan hasrat pribadi. Di dunia persepakbolaan modern, kedua hal tersebut harus dihindari. Bahkan FIFA secara tegas melarang adanya politisasi dan intervensi dalam bentuk apapun. Termasuk juga penyalahgunaan hak interogatif.
Di sinilah salah satu titik pijak kesalahannya. Sebagai ketua, ia kerapkali mengintervensi keputusan Komisi Disiplin (Komdis) guna melegalkan posisinya sebagai pemangku kebijakan. Termasuk mengelabui FIFA pada Munaslub Makassar pada tahun 2008. Buntutnya, ia terpiilih kembali secara aklamasi. Tanpa ada pemungutan suara yang jelas dan transparan laiknya sistem demokratisasi yang ada pada tiap organisasi.
Begitu juga soal keuangan. PSSI dianggap sebagai salah satu lumbung tambun untuk korupsi. Tidak adanya kejelasan soal pendanaan di tubuh organisasi, menyebabkan opini publik semakin tidak percaya. Bahkan merasa pesimistis persepakbolaan Indonesia bisa menjadi mandiri dan professional jika pengurusnya masih orang yang sama.
Puncaknya adalah pada jebloknya prestasi tim nasional. Hampir tidak ada yang bisa dibanggakan selama periode kepemimpinan dia. Tim nasional kita seakan hanya mampu menjadi penonton pada tiap pesta sepakbola dunia. Padahal, negeri tetangga semacam Malaysia dan Singapura sudah mempu merengkuh juara AFF. Sedangkan kita, harus cukup puas melanggengkan tradisi sebagai runner up kejuaran tingkat Asia Tenggara tersebut.
Meskipun ada, itupun hanya sebatas Piala Kemerdekaan yang kontroversial. Karena demi gelar, pengurus PSSI disinyalir telah melakukan kecurangan. Hingga membuat tim lawan mogok bertanding, dan memudahkan merengkuh juara tanpa mengeluarkan setetes pun keringat. Namun, semua itu seolah belum mampu untuk menggulingkan Nurdin dari kursi panas senayan.
Sebagai seorang jurnalis, tentu penulisnya punya pandangan yang cukup objektif melihat permasalahan yang menjangkiti PSSI. Di buku ini, pembaca seakan diajak untuk berkaca dalam pemetaan konflik yang tengah terjadi. Bukan serampangan dengan menyudutkan satu pihak bersalah atas yang lain. Walau kovernya sendiri sangat menantang untuk dibaca.
NB: resensi ini pernah dimuat di KoJak dg judul Menguak Kedigdayaan Nurdin, sekadar pengingat tulisan. sayang saya tidak sempat mengkliping koran tersebut. link gambar--> https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEiyM7Kzyr6pzZP883untBkEeL53YjZESLqrRVIcWKPT_eB8dXCVDBJpqCrRg6lGX_I2TvwgLudOWl8LCWhDgzQ7By1KvKZXBmSoXF61voOHuoADv2brOqgja3dHw_89km6yOmCCkZF2e8Qb/s1600/Buku-Dosa-Nurdin-Halid.jpg
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar