Tendang, Terjang, Hadang

Selasa, 22 Januari 2013

Kisah Sendu Pasien Buta dan Seorang Perawat

Entah tahun berapa film Fly Me to Polaris ini dirilis. Saya juga tidak tahu, apa yang dirasakan orang-orang selepas menonton film ini. Namun film ini mampu menggerakkan tangan untuk mengirimkan pesan singkat kepada kekasih saya,” I love you.”

Saya merasa sentimentil selepas menonton film yang baru tadi malam saya gandakan ke laptop saya ini. Tak ada kisah romantis di dalamnya.

Barangkali ini yang membedakan dengan film-film bergenre serupa. Hanya ada seorang buta yang kerap dipanggil Onion dan perawat manis yang diperankan Cecillia Cheung dan bernama manis pula, Autumn.

Ceritanya sederhana, seorang pasien buta yang jatuh cinta kepada perawatnya. Begitu juga sebaliknya. Mereka hanya berkomunikasi via huruf Braille dan perhatian yang diberikan oleh Autumn. Hingga pada akhirnya maut memisahkan mereka berdua.

Autumn tidak pernah menyatakan cintanya kepada Onion. Dan pasien buta itu, ah kamu tentu tahu, tidak mudah mengatakannya. Toh dengan keadaan seperti itu, pastinya ia tidak akan berani berkata.

Apalagi di tengah mereka, ada Dr. Woo yang jatuh cinta pada Autumn dan jika ia berkata, hemat saya, ia bisa ditinggalkan oleh Autumn. Tapi lagi-lagi ini adalah sebuah cerita.

Suatu hari, Autumn dan Onion duduk di balkon. Laiknya pasien dan perawatnya, mereka pun duduk berdua dan bercakap-bercakap banyak hal.

Mulai dari mata Onion yang ingin segera pulih kembali, soal alunan indah Saxofon yang tiap malam Autumn dengar—dan tidak pernah tahu siapa yang memainkannnya—juga pastinya soal kesehatan Onion.

Onion mengalami kebutaan sejak usia 8 tahun dan baru pada tahun ini ia bertemu dengan perawat baru untuknya yang bernama Autumn. 

Ia terbiasa dengan catatan-catatan harian berhuruf Braille yang ia simpan rapi di lemari. Lengkap dengan tabungan dan catatan-catatan lawas ia sebelum buta. Tabungan itu dimaksudkan untuk sahabatnya yang ingin mendirikan butik bunga dan ia tidak pernah mampu untuk menunaikannya.

Saat di Balkon itu, Onion dan Autumn melihat ada meteor jatuh. Coba simak dialog ini.

“If you see a meteor gliding accros, what wishes would you make?” tanya Autumn.

Onion tidak bisa melihat dan berbicara. Ia pun memberi isyarat dengan dua jari.

“You have two also.”

Autumn sedikit terkaget karena jawabannya sama dengan yang barusan ia lakukan dan Onion menuliskan sesuatu dengan jarinya di telapak tangan Atumn.

Dengan tertawa,”I know, all the blind people recover. How great. And the second?”

Onion hanya tertawa dan tampak akan menuliskan sesuatu di telapak tangan Autumn. Lalu mereka berdua tertawa, Onion hanya menempelkan kata itu tanpa berkata-berkata apa-apa.

Di posisi ini, kamu tentu saja akan berpikir bahwa kisah ini akan berakhir dengan bahagia laiknya film-film biasa. Namun kisah ini bermula dari sini.

Kembalinya Onion

Ya, onion kembali dalam wujud manusia selepas ia kecelakaan sekembalinya dari balkon. Agak absurd, tapi ia mendapatkan ‘jackpot’ kala hendak melewati stasiun dunia. Ini karena permintaan dari dua hati yang baik hati itu saat meteor jatuh.

Ia kembali dalam tubuh orang lain dan tidak mungkin dikenal orang lain. Termasuk Autumn, Dr. Woo, dan teman-temannya yang lain di rumah sakit. Namun ia hanya memiliki waktu selama lima hari.

Apa yang kamu lakukan jika mengalami hal serupa, kembali tapi tidak ada yang bisa mengenalmu?

Sejak kepergian Onion, Autumn begitu terpukul. Semua orang menganggap ini hanyalah kesedihan seorang perawat yang kehilangan pasiennya untuk pertama kali, tapi tidak sesederhana itu.

Beberapa kali itu pula, Dr. Woo datang untuk menenangkan hati Autumn. Namun tetap saja Autumn saja menangis dan menangis.

Tak ada lagi saxofon tiap malam atau senyum riang Onion yang membuatnya gembira.

Tiba-tiba ia kembali via nama Mr. Cheuk petugas asuransi yang mengurus kematian Onion.  Ia pun menemui beberapa sahabatnya dan pada akhirnya beberapa mengetahui firasat kedatangannya dengan gelagat kelakuan Cheuk yang serupa dengan Onion.

Beberapa kali Onium mengirimkan isyarat kedatangannya—ingat ia tidak boleh memberitahu identitas aslinya—dan Autumn menangkap sinyal itu lewat beberapa kejadian. Salah satunya adalah ketika Cheuk diminta membacakan catatan harian yang berbahasa braille milik Onion di cafe. 
Begini;

October, 1/6/97
Sunny Summit
Dr Woo said its medical reaction. A new nurse came taking care of my day. Her name is Autumn Yue. She is Clumsy. She ‘kept’ saying ‘sorry’. She made a mess but i didnt pick on her. I even feel good about her.

November 2nd, 1997
Rainy Night
Autumn said, she’ll come give me  a hait cut after work. Its rainy so hard, she might not come. She is already 49 minutes late. Feeling dissapointed. I heard foosteps hurrying up. She came and ‘sorry. Im late’. I was thrilled she came. Finally she finished. Le looked like an onion. She stars calling me Onion ever since.


Ada beberapa lagi dan membuat Autumn tak kuasa menahan tangis dan menyuruh Cheuck untuk berhenti membaca. Saya pun tak kuasa menuliskannya lagi catatan harian harian itu di catatan sederhana saya ini. 

Meteor dan Saxofon

Meteor akan selalu mengingatkan Autumn pada Onion. Sedangkan bunyi saxofon yang mengalun malam hari membawa sebuah keyakinan,”Onion pasti yang menyanyikannya.” Walaupun Onion sendiri menyangkal itu.

Hingga suatu malam, ia mendengar kembali suara itu mengalun dari balkon.

Sontak, ia pun berlari menuju balkon dan berharap ia akan segera bertemu orang itu. Ia kaget bukan kepalang ternyata yang ia temui adalah Dr. Woo. Ia pun langsung memeluknya.

Dr. Woo merasa bersalah dan memberitahukan bahwa bukan dirinya yang memainkan Saxofon melainkan Cheuk. Autumn semakin yakin dengna firasatnya dan ia berlari mencari Cheuk.

Hingga ia menemukan keyakinan itu kala menggeledah kamar Onion.

Ya, Onion yang memainkan itu dan ternyata ia berasal dari keluarga pemain saxofon. Tangis makin menjadi saat ia tahu ia merupa Cheuk. Tapi waktu makin habis  dan mereka bertemu kembali di Balkon setelah perdebatan dan tangisan panjang di kolam renang.

Entah ini berakhir bahagia atau tidak. Karena mereka tidak pernah bisa bersama. Yang pasti, bagi saya, ini film yang menyentuh. Tak ada kata lain selain itu.

Jakarta, 22 Jan 2012
@DedikPriyanto

NB: Ternyata film ini dirilis tahun 1999 dan mendapatkan 19 penghargaan di Hongkong Awards. Film awal dari Cecilia Cheung dan laris di Eropa :)




1 komentar: