Tendang, Terjang, Hadang

Kamis, 29 Juli 2010

Nasihat Nabi

oleh; Dedik Priyanto

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS. Al-Ahzab:21).

Momentum kelahiran memang tak luput dari kegembiraan, kesenangan bahkan tangisan. Harus jua dimengerti bahwa kelahiran Nabi Muhammad SAW merupakan hadiah terbesar dari Allah ke dunia, yang diperuntukan bagi manusia untuk dijadikan contoh yang baik dalam segala tindakan (uswah hasanah).

Laiknya sebuah sandiwara kehidupan yang disutradarai dengan indah oleh Sang Maha Pencipta Allah SWT, Nabi Muhammad SAW menempati posisi sebagai peran utama, yang menjadi tongkat dan aktor penentu arah kehidupan. Begitu pula manusia yang menjadi aktor pengganti yang meneruskan sejarah perjuangan Sang Nabi Akhiruzzaman.

Nabi dengan pelbagai keindahan budi pekertinya telah mendorong kepada kita untuk selalu berbuat baik, saling memaafkan, dan terus belajar untuk mencintai orang lain. Yang kesemua kebaikan itu bermuara pada sebuah konsep hakiki nasehat nabi yang paling utama, yaitu akhlak yang mulia.

Akhlak dalam islam merupakan puncak dari nilai-nilai agung, poros utama yang menjadi pusat nilai-nilai kemanusiaan. Dalam islam terdapat nilai-nilai luhur yang berfungsi sebagai kendali bagi orang muslim, sebagai pengawas atas kehendak dan perilakunya. Di atas semua itu, nilai Akhlaklah yang paling utama.

Dalam al Quran sendiri Allah seringkali menyinggung tentang pentingnya akhlak ini,”Dan sesungguhnya kamu benar-benar budi pekerti berbudi pekerti yang baik.”(Q.S Al-Qolam;4). Ayat itu menurut Imam Al-Mawardi diartikan sebagai keharusan untuk berbuat baik (berakhlak) terhadap semuanya. Entah itu sesama umat islam, orang lain bahkan kepada binatang sekalipun.

Dengan kata lain, akhlak seperti yang dinasehatkan nabi ini memuat seluruh dimensi kehidupan, yang menganjurkan sikap tolong-menolong, cinta-kasih, menjaga kehormatan, cinta-kasih, baik, jujur, ikhlas, istiqomah, suka kebersihan, gotong-royong, pemaaf, sabar, penyayang, teguh, pemberani, ramah pada tamu dan seterusya.

Tidak sampai di sini, untuk memperkuat kendali perilaku dan moral seoran muslim, Nabi menasehati agar menjauhi sikap saling dengki, munafik, berlebih-lebihan, kikir, amarah, suka mencela dan segala keburukan lainya, yang tentunya berimbas pada pada dirinya sendir dan orang lain.

Akhlak ini sangat penting, karena inilah ciri dari seorang muslim yang sejati. Dan sungguh bahagia dan mulianya orang itu. Nabi bersabda,”Yang paling dicintai Allah di antara kalian adalah yang akhlaknya paling jujur, yang ‘merendahkan sayapnya’(bersikap cinta kasih), yang bersikap ramah dan diakrabi (orang).”(H.R Muttafaqun ‘alaih).

Seperti Nabi, kita harus senantiasa mendayagunakan segala potensi yang dimiliki untuk menjadi insan Rabbani, yang selalu menjadi pioner risalah islam ke penjuru dunia. Tentunya dengan keindahan Akhak yang mulia seperti yang telah dinasehatkan nabi. Wallahu a’lam.

*Artikel ini dimuat Koran Harian Republika di Kolom Hikmah, bertepatan dengan Maulid Nabi tahun 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar